A. Hati yang Bergantung di
Masjid akan Berada di Bawah Naungan (‘Arsy) Allah Ta’ala Pada Hari Kiamat.
Di antara apa
yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah ialah bahwa siapa yang sangat
mencintai masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah di dalamnya, maka Allah
Ta’ala akan menaunginya di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiallah anhu, dari Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda :
Ada
tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari
yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh
dalam beribadah kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di
masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan
berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang
memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan,’ Sesungguhnya aku takut
kepada Allah’,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan
seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya
berlinang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah
mengatakan saat menjelaskan sabdanya, “Dan seseorang yang hatinya
bergantung di masjid-masjid.”
“artinya, sangat
mencintainya dan senantiasa melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya. Maknanya
bukan terus-menerus duduk di masjid.” (Syarh an Nawawi VII/121)
Al ‘Allamah al ‘Aini
rahimahullah menjelaskan apa yang dapat dipetik dari sabda beliau Shallallahu
‘Alaihi Wassalam ini, “Didalamnya berisi keutamaan orang yang senantiasa
berada di masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah, karena masjid adalah
rumah Allah dan rumah setiap orang yang bertakwa. Sudah sepatutnya siapa yang
dikunjungi memuliakan orang yang berkunjung; maka bagaimana halnya dengan Rabb
Yang Maha Pemurah?”.
Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-,
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ
بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat
berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131
dan Muslim no. 650)
B. Keutamaan Berjalan ke
Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah
1. Dicatatnya
langkah-langkah kaki menuju masjid.
(Rasul) yang
berbicara dengan wahyu, kekasih yang mulia Shallallahu ‘Alaihi Wassalam
menjelaskan bahwa langkah kaki seorang muslim menuju masjid akan dicatat. Imam
Muslim meriwayatkan dai Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Bani
Salimah ingin pindah ke dekat masjid, sedangkan tempat tersebut kosong.
2. Para Malaikat yang
mulia saling berebut untuk mencatatnya.
Diantara dalil
yang menunjukkan keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat
berjama’ah bahwa Allah meninggikan kedudukan langkah-langkah orang yang
(berjalan) menuju ke masjid, bahkan para Malaikat yang didekatkan (kepada
Allah) berebut untuk mencatatnya dan membawanya naik ke langit.
3. Berjalan menuju shalat
berjama’ah termasuk salah satu sebab mendapatkan jaminan berupa kehidupan yang
baik dan kematian yang baik pula.
Tidak hanya
para Malaikat saling berebut untuk mencatat amalan berjalan kaki menuju shalat
berjama’ah, bahkan Allah menjadikan jaminan kehidupan yang baik dan kematian
yang baik pula. Disebutkan dalam hadist terdahulu:
“Barangsiapa
yang melakukan hal itu – yakni tiga amalan yang disebutkan dalam hadits, di antaranya
berjalan kaki menuju shalat berjama’ah – maka ia hidup dengan baik dan mati
dengan baik pula.”
Betapa besar jaminan ini!
Kehidupan yang baikdan kematian yang baik. siapakah yang menjanjikan hal itu?
Dia-lah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada seorangpun yang lebih menepati
janji selain Dia.
4. Berjalan menuju shalat
berjama’ah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan
ditinggikannya derajat.
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Maukah aku
tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan
kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat
menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada
saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat
setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-tibath (berjuang di jalan Allah).”
(HR. Muslim).
5. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu)
untuk melaksanakan shalat berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan
haji dan umrah.
Imam Ahmad dan
Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia mengatakan
bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Barangsiapa
yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’)
untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala
orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini
dihasankan oleh Syaikh al Albani).
Zainul ‘Arab mengatakan
dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti
pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni,
pahalanya sempurna.” (‘Aunul Ma’buud II/357)
Allaahu Akbar, jika
sedemikian besarnya pahala orang yang keluar untuk menunaikan shalat berjama’ah
, maka bagaimana halnya pahala melakukan shalat berjama’ah?
6. Orang yang keluar
(menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah
Ta’ala.
Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat
berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala. Imam bu Dawud rahimahullah
meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
“Ada tiga
golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk
berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya
lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala
dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah
hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau
mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan
mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu
Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)
7. Orang yang keluar untuk
melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga kembali ke rumah.
Imam Ibnu
Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia
mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Jika salah
seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia
berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan
demikian-seraya menjaringkan diantara jari-jemarinya-.” (HR.
Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)
8. Kabar gembira bagi
orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat berjama’ah)
dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.
Imam Ibnu
Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan
bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Hendaklah
orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan
(mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu
Majah, syaikh al Albani menilainya shahih)
Ath Thayyibi rahimahullah
mengatakan,” Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan pembatasannya
dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin
pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:
Sedang cahaya mereka
memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan,’Ya
Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami.’” (QS. At Tahriim:8)
(dinukil dari ‘Aunul Ma’buud II/268)
Disamping itu Nabi
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar memberikan
kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid
dengan kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah
radhiallahu anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
Berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya (yang
akan diperolehnya) pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh
Syaikh al Albani)
Al-‘Allamah ‘Abdur Ra-uf
al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, “Ketika mereka berjalan
dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju
ketaatan, maka mereka diberi balasan berupa cahaya yang menerangi mereka pada
hari Kiamat.” (Faidhul Qadiir III/201).
9. Allah menyiapkan
persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang
(darinya).
Di riwayatkan
dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda:
“Barangsiapa
yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya
persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq
‘alaih, lafazh ini milik Bukhari).
Jika persinggahan orang
yang pergi menuju masjid atau pulang darinya disiapkan oleh Allah, Rabb langit
dan bumi serta Pencipta alam semesta seluruhnya, maka bagaimana persingahan
itu??
C. Orang Yang Datang ke
Masjid adalah Tamu Allah Ta’ala
Di antara apa yang menunjukkan keutamaan shalat berjama’ah di
masjid adalah apa yang dijelaskan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bahwa
orang yang datang ke masjid adalah tamu Allah Ta’ala, dan yang dikunjungi wajib
memuliakan tamunya. Imam ath Thabrani meriwayatkan dari Salman radhiallahu anhu
bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Barangsiapa
yang berwudhu’ di rumahnya dengan sempurna kemudian
mendatangi masjid, maka ia adalah tamu Allah, dan siapa yang di kunjunginya
wajib memuliakan tamunya.” (HR. ath Thabrani)
Bagaimana cara
Allah memuliakan tamu-Nya, sedangkan Dia adalah Rabb yang paling Pemurah,
Penguasa langit dan bumi? Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
juga menegaskan hal ini. Imam Ibnul Mubarak rahimahullah meriwayatkan dari ‘Amr
bin Maimun, ia mengatakan, “Para sahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
mengatakan,’Rumah Allah di bumi adalah masjid, dan Allah wajib memuliakan siapa
yang mengunjungi-Nya di dalamnya.’” (Kiitab az Zuhd)
D. Allah Ta’ala Bergembira
dengan Kedatangan Hamba-Nya ke Masjid untuk Melaksanakan Shalat Berjama’ah
Imam Ibnu Khuzaimah
meriwayatkan dari Abu Hurairah radiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
Tidaklah salah seorang
dari kalian berwudhu’ dengan baik dan sempurna kemudian mendatangi masjid, ia
tidak menginginkan kecuali shalat di dalamnya, melainkan Allah bergembira
kepadanya sebagaimana keluarga orang yang pergi jauh bergembira dengan
kedatangannya.” (HR.Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Imam Ibnul Atsir
rahimahullah mengatakan,”Al Bassyu adalah kegembiraan kawan dengan
kawannya, lemah lembut dalam persoalan dan penyambutannya. Ini adalah
permisalan yang dibuat tentang penyambutan Allah kepadanya dengan karunia-Nya,
mendekatkannya (kepadanya) dan memuliakannya.” (An-Nihaayah fii Ghariibil
Hadits wal Atsar I/130).
0 comments :
Post a Comment